Breaking Posts

6/trending/recent

Hot Widget

Type Here to Get Search Results !

Tak Kalah Sangar dengan Hercules dan John Kei, Preman Pasar Senen ini Dulunya Hampir Mati Dibacok karena Banyak Musuh, kini Taubat dan Bikin Usaha Halal: Saya...

Artikel

Repelita Bekasi - Muhammad Iksan atau yang dikenal dengan sebutan Bang Mandor, berhasil mengubah nasibnya dari mantan preman menjadi pengusaha tambak udang yang sukses.

Latar belakang hidupnya penuh dengan kekerasan dan konflik sejak kecil.

Ia tumbuh di lingkungan keras di Muara Gembong, Bekasi, dan mengaku sering terlibat dalam perkelahian yang membahayakan nyawanya.

“Bahkan saya pernah duel, siang hari pakai senjata tajam. Saat itu saya mungkin satu-satunya laki-laki yang duel pakai senjata tajam di siang hari. Mereka berdua, saya sendiri malah,” ujarnya.

Pengalaman masa kecil yang penuh kekerasan membuatnya memutuskan untuk merantau ke Jakarta dan mencari kehidupan yang lebih baik.

“Di masa saya kecil itu udah biasa orang berantem, saling bunuh gitu. Maksudnya ada korban lah gitu. Sehari itu bisa lihat satu mayat, bahkan kadang tiga mayat dijejer itu ada,” katanya.

Di Jakarta, ia memulai segalanya dari nol.

Dengan uang seribu rupiah dan sebuah gitar kecil, ia menjadi pengamen di kawasan Pasar Senen.

Ia menjelaskan bahwa di tempat asalnya, istilah mandor berarti jawara atau centeng, bukan mandor proyek seperti yang dikenal di Jakarta.

Untuk bertahan hidup, ia mengumpulkan sayuran sisa dari pasar dan menukarnya dengan makanan.

“Waktu hijrah itu selesai di seniman jalanan, saya ngasong pak dari situ saya belajar,” jelasnya.

Titik balik hidupnya datang saat ia masuk masjid dan sholat dalam keadaan lusuh dan kotor.

Momen itu menjadi awal perubahan besar dalam hidupnya.

Ia mulai berdagang kecil-kecilan, lalu beralih membangun usaha tambak udang di kampung halamannya.

Kini, Bang Mandor memiliki tambak seluas 700 hektare yang memproduksi udang vaname, bandeng, dan rumput laut.

Dalam satu siklus panen di area 10 hektare, ia mampu menghasilkan sekitar 150 ton udang.

Omzet dari satu klaster bisa mencapai Rp40 hingga Rp50 miliar per tahun.

“Udang itu kalo kita lihat dari demand dan profit penghasilannya luar biasa. Ini sampai orang-orang budidaya itu mengistilahkan, tidak ada yang mengalahkan penghasilan bisnis budidaya udang kecuali bandar narkoba,” ujar Iksan.

Transformasi hidupnya menjadi bukti bahwa kerja keras dan niat kuat dapat mengubah takdir seseorang.

Dari kehidupan jalanan, ia kini menjadi pemilik usaha yang membuka banyak lapangan kerja.

Ia aktif berbagi kisah dan pengalamannya melalui berbagai media, termasuk kanal YouTube.

Dalam wawancaranya, ia menjelaskan proses jatuh bangun yang dilaluinya dan dorongan spiritual yang membantunya bangkit.

Selain sebagai pengusaha, Bang Mandor juga dikenal sebagai sosok dermawan.

Ia kerap membantu anak-anak yatim dan masyarakat di sekitarnya.

Kisah hidupnya memberikan inspirasi bahwa siapa pun bisa berubah dan meraih kehidupan yang lebih baik dengan tekad dan usaha yang sungguh-sungguh. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

ads bottom

Copyright © 2023 - Repelita.id | All Right Reserved