Repelita Jakarta – Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim bahwa sepuluh orang warga negara Indonesia telah bergabung sebagai tentara bayaran dalam konflik bersenjata di Ukraina sejak Februari 2022.
Empat dari mereka disebut telah tewas dalam pertempuran.
Namun, klaim ini langsung dibantah oleh pihak pemerintah Indonesia.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, menjelaskan bahwa sampai saat ini KBRI di Kyiv dan Moskow tidak memperoleh informasi mengenai keterlibatan WNI dalam perang tersebut.
Ia mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri sedang menelusuri kebenaran informasi ini dan telah mengajukan permintaan klarifikasi resmi dari pemerintah Rusia.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyatakan tidak ada satu pun personel TNI yang ikut serta dalam konflik di Ukraina.
Ia menekankan bahwa Indonesia tidak memiliki sistem tentara bayaran dan seluruh prajurit direkrut melalui jalur resmi.
Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, juga menyampaikan bahwa belum dapat dipastikan apakah mereka yang dimaksud benar-benar warga negara Indonesia.
Ia menegaskan bahwa informasi tersebut masih perlu diverifikasi lebih lanjut.
Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen TNI Nugraha Gumilar, mengungkapkan bahwa tugas TNI adalah menjaga kedaulatan negara dan melindungi seluruh warga negara Indonesia.
Ia menambahkan bahwa konsep tentara bayaran tidak sejalan dengan prinsip dan misi TNI.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhamad Iqbal, menyampaikan bahwa tentara bayaran biasanya bekerja untuk entitas swasta dan tidak mencerminkan sikap atau posisi negara asalnya.
Menurutnya, keikutsertaan individu sebagai tentara bayaran tidak dapat dikaitkan dengan kebijakan luar negeri Indonesia.
Pemerintah terus memantau dinamika situasi ini dan akan mengambil langkah-langkah sesuai kepentingan nasional dan perlindungan warga negara.
Editor: 91224 R-ID Elok