
Repelita Jakarta - Aura Cinta, seorang remaja perempuan, mendadak menjadi sorotan publik setelah videonya berdebat dengan Dedi Mulyadi viral di media sosial.
Dalam video tersebut, Aura mengkritik kebijakan penggusuran rumah warga di bantaran Kali Bekasi yang dilakukan tanpa musyawarah.
Aura menyebut bahwa pembongkaran rumah dilakukan secara sepihak dan warga tidak diberikan kesempatan untuk berdialog.
Ia juga menyoroti bahwa puing-puing bangunan warga bahkan dijual tanpa seizin pemilik rumah.
Pernyataan ini memancing simpati banyak netizen yang merasa kebijakan tersebut tidak berperikemanusiaan.
Namun, di tengah derasnya dukungan, muncul fakta mengejutkan tentang jejak digital Aura Cinta.
Diketahui bahwa Aura pernah menjadi bintang iklan layanan pinjaman online atau pinjol.
Keterlibatannya dalam promosi pinjol memunculkan reaksi beragam dari masyarakat.
Banyak pihak mempertanyakan konsistensi sikap Aura dalam memperjuangkan keadilan sosial.
Sebagian netizen menilai, terlibat dalam iklan pinjol bertentangan dengan semangat pemberdayaan masyarakat yang bebas dari jeratan utang.
Di sisi lain, Gubernur Dedi Mulyadi sebelumnya telah mengimbau masyarakat untuk menghindari gaya hidup konsumtif yang dapat mendorong penggunaan jasa pinjol ilegal.
Ia mengingatkan pentingnya hidup sederhana dan tidak memaksakan diri untuk tampil berlebihan, terutama menjelang hari raya.
Pemerintah Jawa Barat juga telah melarang kegiatan study tour dan perpisahan sekolah yang membebani biaya besar kepada orang tua.
Langkah ini diambil untuk mencegah orang tua terpaksa berutang melalui pinjol demi memenuhi kebutuhan yang tidak mendesak.
Kasus Aura Cinta memperlihatkan betapa kompleksnya persoalan sosial yang dihadapi masyarakat saat ini.
Di satu sisi, perjuangan menyuarakan ketidakadilan patut diapresiasi.
Namun di sisi lain, rekam jejak digital menjadi cermin yang tak bisa diabaikan dalam menilai integritas seseorang.
Fenomena ini menjadi pelajaran penting bagi masyarakat untuk lebih bijaksana dalam memilih figur yang diidolakan.
Konsistensi antara ucapan, tindakan, dan latar belakang pribadi menjadi faktor kunci dalam menjaga kepercayaan publik.
Masyarakat juga diajak untuk tidak mudah terprovokasi oleh narasi viral tanpa memahami konteks secara menyeluruh.
Dengan demikian, perjuangan sosial dapat tetap murni, konsisten, dan tidak ternodai oleh kepentingan lain.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok