Repelita Jakarta – Kasus pelecehan seksual yang melibatkan seorang pimpinan pondok pesantren di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah mencuat ke permukaan.
Modus yang digunakan oleh pelaku, yang dikenal dengan julukan "Walid Lombok," terungkap setelah viralnya serial Malaysia berjudul Bidaah.
Serial ini menampilkan karakter antagonis bernama Walid yang diduga menginspirasi beberapa korban untuk melaporkan perbuatan bejat yang mereka alami.
AF, yang merupakan ketua yayasan pondok pesantren tersebut, dilaporkan melakukan tindakan pencabulan dan persetubuhan terhadap sedikitnya 22 santriwati selama periode 2015 hingga 2021.
Modus operandi yang digunakan adalah dengan pendekatan keagamaan, di mana pelaku menjanjikan "pensucian rahim" kepada para korban untuk membenarkan perbuatannya.
Pemerintah Provinsi NTB telah mengambil langkah tegas dengan memindahkan 22 santriwati yang menjadi korban ke lembaga pendidikan yang lebih aman.
Selain itu, pendampingan psikologis juga diberikan untuk membantu proses pemulihan trauma bagi korban.
Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, menyatakan keprihatinannya terhadap kasus ini.
Ia mendesak agar pelaku dihukum seberat-beratnya dan memastikan identitas korban tetap terlindungi untuk mencegah trauma lebih lanjut.
Pihak DPRD NTB juga menyebutkan bahwa situasi ini merupakan "darurat pelecehan seksual" dan mendesak evaluasi menyeluruh terhadap sektor pendidikan agama di wilayah tersebut.
Editor: 91224 R-ID Elok