Repelita Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron resmi menyatakan bahwa negaranya akan mengakui Negara Palestina pada pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dijadwalkan berlangsung 7 September mendatang.
Langkah tersebut disampaikan Macron melalui surat resmi kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan disebut bertujuan mendukung perdamaian di Timur Tengah sekaligus mendorong lebih banyak mitra internasional untuk bergabung mengakui Palestina sebagai negara berdaulat.
Pengumuman ini muncul di tengah memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza yang menimbulkan keprihatinan banyak negara Eropa.
Keputusan Prancis juga berpotensi memengaruhi negara-negara Eropa lainnya, termasuk Inggris, untuk mengikuti langkah serupa yang akan semakin memperluas isolasi diplomatik terhadap Israel di tengah konflik berkelanjutan di Gaza dan pendudukan Tepi Barat.
Dalam waktu dekat, Prancis akan menjadi tuan rumah konferensi internasional tentang solusi dua negara bersama Arab Saudi di markas besar PBB di New York.
Pihak Arab Saudi secara terbuka berharap pertemuan tersebut dapat memicu lebih banyak negara untuk mengakui Palestina dan memperkuat tekanan internasional terhadap Israel.
Pengumuman dari Paris segera memicu tanggapan keras dari Israel dan Amerika Serikat yang menilai langkah ini justru memberi celah bagi kelompok militan Hamas untuk semakin menguat di kawasan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Presiden Macron telah memberikan hadiah kepada terorisme dan memperingatkan bahwa pengakuan ini berpotensi membuka jalan bagi munculnya proksi Iran baru di wilayah Palestina yang akan menjadi ancaman bagi kelangsungan Israel.
Ia menegaskan bahwa tujuan Palestina bukanlah mendirikan negara yang hidup berdampingan dengan Israel, melainkan membentuk negara yang menggantikan Israel sepenuhnya.
Sementara Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar menyebut bahwa rencana pembentukan negara Palestina hanya akan berujung pada lahirnya negara yang dikuasai Hamas, sehingga menambah ketidakstabilan di kawasan.
Wakil Perdana Menteri Israel Yariv Levin juga menyebut keputusan Macron sebagai bentuk dukungan terhadap terorisme dan menandainya sebagai noda hitam dalam sejarah Prancis.
Dari Washington, Menteri Luar Negeri Marco Rubio menyampaikan penolakan keras Amerika Serikat terhadap rencana ini dan menyebutnya sebagai keputusan gegabah yang justru memancing propaganda Hamas dan menghambat jalannya perundingan damai yang adil.
Presiden Donald Trump juga menilai pengumuman Macron tidak memiliki bobot apapun di mata Amerika Serikat, bahkan dianggap sebagai penghinaan bagi para korban serangan pada 7 Oktober silam.
Di pihak Palestina, pengumuman Prancis disambut antusias oleh Hamas yang menyebutnya sebagai langkah positif mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk menentukan nasib sendiri.
Hussein Al-Sheikh sebagai pejabat senior Otoritas Palestina menyampaikan penghargaan atas komitmen Prancis terhadap hukum internasional dan hak rakyat Palestina membangun negara merdeka di tanah mereka sendiri.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut pengakuan ini sebagai kemenangan moral bagi rakyat Palestina dan menegaskan bahwa langkah Prancis mencerminkan dukungan terhadap perjuangan panjang rakyat Palestina atas hak-haknya yang sah.
Sejumlah negara Arab seperti Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dan Yordania juga secara terbuka menyatakan dukungan penuh terhadap keputusan Prancis.
Arab Saudi bahkan mendesak negara-negara lain untuk segera mengikuti langkah serupa guna memperkuat posisi Palestina di panggung diplomasi internasional.
Beberapa negara Eropa seperti Irlandia, Spanyol, Slovenia, dan Norwegia turut memuji kebijakan Macron dan menegaskan kembali dukungan mereka pada solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan menyelesaikan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina.
Walau demikian, negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman sejauh ini tetap enggan memberikan pengakuan resmi kepada Palestina dan masih menekankan pentingnya penyelesaian damai melalui perundingan langsung antara kedua pihak.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok