Charlie Chandra Klaim Jadi Korban PIK 2, Kuasa Hukum Sebut Dia Mafia Tanah

 

Repelita Jakarta - Kasus Charlie Chandra yang ditetapkan sebagai tersangka dalam dugaan pemalsuan surat tanah di Polda Banten mendapat perhatian. Kuasa hukum PT Mandiri Bangun Makmur (MBM), Muannas Alaidid, membantah pernyataan Charlie yang mengklaim dirinya sebagai korban dalam polemik proyek Pantai Indah Kapuk (PIK) 2.

Muannas menjelaskan bahwa kasus ini bukanlah sengketa lahan dengan pengembang, melainkan terkait pemalsuan tanda tangan pemilik tanah asli yang terjadi sejak tahun 1993, berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Tangerang. Ia menegaskan bahwa putusan tersebut sudah mengikat dan terpidana yang terlibat dalam pemalsuan sertifikat itu, yakni ayah Charlie, Sumita Chandra, bahkan sempat buron hingga meninggal di Australia.

"Kasus ini sudah melalui proses hukum yang panjang. Charlie sempat buron selama berbulan-bulan sebelum akhirnya ditangkap. Namun, dia mengingkari kesepakatan perdamaian yang telah dibuat," ungkap Muannas dalam keterangannya. Ia juga menambahkan bahwa kasus ini seharusnya sudah selesai melalui perdamaian, namun Charlie malah kembali muncul dengan tuntutan dan menyerang pengembang.

Lebih lanjut, Muannas menegaskan bahwa pihaknya sebagai korban mengajukan praperadilan karena penghentian penyidikan terhadap Charlie oleh polisi dianggap cacat hukum. Ia juga menuduh Charlie telah terlibat dalam kejahatan pemalsuan tanda tangan yang dilakukan sejak tahun 1982 saat pengalihan sertifikat dari Chairil Wijaya.

"Jika Charlie merasa tidak bersalah, buktikan di pengadilan, bukan dengan memainkan opini publik. Hukum akan memberi kesempatan untuk membela diri di persidangan," tegasnya. Muannas juga meminta agar Charlie menjalani proses hukum yang berlaku dan menghentikan upaya untuk mengalihkan perhatian publik.

"Kasus ini adalah murni masalah hukum dan bagian dari program pemerintah dalam pemberantasan mafia tanah. Hukum harus ditegakkan meski langit akan runtuh sekalipun," pungkasnya. (*)

Editor: 91224 R-ID Elok

Baca Juga