Repelita Jakarta - Pengamat politik Selamat Ginting mengungkapkan analisis mengenai strategi politik Prabowo Subianto dalam menghadapi pengaruh Jokowi. Ginting berpendapat bahwa Prabowo menggunakan pola kepemimpinan "sandi yudha," yang merupakan pendekatan taktis untuk menghadapi tantangan dalam pemerintahan.
Menurutnya, meskipun hubungan antara Prabowo dan Jokowi tampak harmonis di permukaan, sebenarnya terdapat dinamika tarik-menarik yang tajam. Ginting menyebutkan bahwa sejak Pilkada DKI Jakarta, hubungan keduanya sudah menunjukkan perbedaan sikap.
"Di situlah kemudian perlawanan dilakukan. Jadi, Prabowo memakai pola sandi yudha, menurut saya," ujar Ginting dalam wawancaranya dengan Anak Bangsa TV.
Ginting juga mencatat bahwa perbedaan pandangan antara Jokowi dan Prabowo mencerminkan bahwa hubungan keduanya tidak semulus yang dibayangkan publik. Setelah Pilpres, Prabowo mengubah pendekatannya dan memilih untuk mendekat ke pemerintahan Jokowi. Dengan cara ini, Prabowo bisa mengakomodasi keinginan politik Jokowi sambil mempersiapkan langkah strategis untuk memperkuat pengaruhnya di masa depan.
Selain itu, Ginting menyoroti penempatan tokoh-tokoh penting dalam kabinet Prabowo yang dianggap sebagai strategi untuk memperluas pengaruh politik. Beberapa nama yang disebutkan termasuk Budi Arie di Kementerian Koperasi, Feri Yuliantoro sebagai wakil menteri, dan Letjen Ludwik Paulus yang bekerja di bawah koordinasi Menko Polhukam.
"Jadi, sengaja dilakukan pola seperti itu, di mana keinginan Jokowi diakomodasi, tetapi perlawanan dilakukan dari dalam oleh Prabowo Subianto," jelas Ginting.
Ginting juga menilai bahwa langkah ini bisa menjadi landasan bagi kemungkinan restrukturisasi kabinet Prabowo. Ia memprediksi bahwa posisi Menteri Koordinator (Menko) mungkin akan dihapuskan di masa depan, karena dianggap lebih berperan sebagai akomodasi politik daripada kebutuhan teknis pemerintahan.
"Saya melihat tanda-tanda bahwa ke depan, posisi Menko akan dihapuskan," tambahnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok