Repelita, Jakarta - Pencopotan Ubedilah Badrun dari jabatannya sebagai Koordinator Program Studi Pendidikan Sosiologi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mendapat kritik tajam dari pengamat politik Rocky Gerung. Ubedilah dikenal sebagai akademisi yang vokal mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan pernah melaporkan dugaan korupsi, kolusi, serta nepotisme yang melibatkan keluarga Presiden ke-7 ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Rocky Gerung menilai pencopotan tersebut menunjukkan ketidaknyamanan negara terhadap akademisi yang kritis. "Seolah pikiran cerdas membahayakan negara," ujar Rocky.
Menurut Rocky, tindakan UNJ terhadap Ubedilah menunjukkan adanya ketakutan terhadap pemikiran kritis yang seharusnya menjadi bagian dari tradisi akademik. "Memang universitas harus memproduksi pikiran cerdas. Tugas universitas memang menambang pikiran cerdas, bukan menambang batu bara," sindir Rocky. Pernyataan ini merujuk pada revisi Undang-Undang Minerba yang memberikan izin pengelolaan tambang kepada perguruan tinggi.
Rocky juga menyampaikan bahwa partai politik seharusnya menjadi penghasil gagasan yang mendorong perubahan. Namun, menurutnya, karena partai politik lebih sibuk dengan kepentingan kekuasaan, tugas tersebut kini diambil alih oleh akademisi seperti Ubedilah.
Ubedilah yang merupakan akademisi Sosiologi Politik di UNJ, dipecat dari jabatannya sebagai Koordinator Program Studi Pendidikan Sosiologi pada 25 Januari 2025, meskipun masa jabatannya seharusnya berlangsung hingga 2027. "Itu otoritas Rektor, mungkin punya maksud baik, saya tidak tahu apa alasannya," kata Ubedilah.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok