Repelita Jakarta - Perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-52 PDIP menunjukkan bahwa partai berlambang banteng tersebut tengah menghadapi sejumlah persoalan besar.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, mengungkapkan bahwa kondisi internal PDIP saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Ia menyebutkan bahwa ada dua masalah besar yang sedang dihadapi partai tersebut.
"Pada HUT ke-52 PDIP sedang tidak baik-baik saja. PDIP sedang menghadapi beberapa masalah," ujar Jamiluddin saat dikonfirmasi.
Masalah pertama, lanjut Jamiluddin, adalah penetapan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, sebagai tersangka. Selain itu, ada upaya eksternal yang ingin mengubah kepemimpinan PDIP dengan adanya permintaan agar Megawati Soekarnoputri mundur dari posisinya sebagai Ketua Umum PDIP.
"Hal itu berbeda dengan situasi 9 tahun terakhir, saat PDIP sebagai partai penguasa. PDIP tampak begitu digdaya, seolah tak tersentuh berbagai persoalan. PDIP terkesan begitu kuat sehingga sulit goyah, apalagi untuk digoyahkan," jelas Jamiluddin.
Jamiluddin juga menjelaskan bahwa PDIP ingin mengambil pelajaran dari kesalahan yang dilakukan saat mengusung Jokowi pada Pilpres 2014. Kesalahan itu, menurutnya, menyebabkan PDIP menjadi partai yang tidak stabil saat ini.
"PDIP juga bisa jadi merasa bersalah atas kondisi sosial, ekonomi, dan politik nasional saat ini. Kondisi saat ini bisa jadi dinilainya akibat salah arahnya Jokowi dalam memimpin Indonesia selama 10 tahun," ungkapnya.
Akibatnya, PDIP merasa bertanggung jawab atas warisan masalah yang ditinggalkan oleh pemerintahan Jokowi, yang kini harus ditanggung oleh Prabowo Subianto sebagai presiden yang baru terpilih.
"Ibaratnya, Prabowo harus melakukan cuci piring karena rezim sebelumnya meninggalkan banyaknya piring kotor," jelasnya.
Jamiluddin menilai ada dua tantangan terbesar yang harus dihadapi PDIP pada 2025. Pertama, PDIP perlu menyiapkan benteng pertahanan yang kokoh agar dapat bertahan dari serangan eksternal. Ia menyarankan agar PDIP melakukan konsolidasi internal agar struktur partai dari tingkat DPP hingga ranting solid dan satu komando.
"Upaya melemahkan PDIP harus dapat ditangkal agar PDIP tetap eksis. Untuk itu, PDIP harus mampu melakukan konsolidasi di internal. Setidaknya struktur partai mulai dari DPP, DPD, DPC, DPAC, hingga Ranting harus solid dan satu komando," jelas Jamiluddin.
"Hal demikian sudah pernah dilakukan Partai Demokrat. Upaya mengambil alih Partai Demokrat dapat digagalkan karena struktur partai solid dan satu komando," sambungnya.
Tantangan kedua, menurut Jamiluddin, adalah kebutuhan PDIP untuk segera melakukan regenerasi kepemimpinan, terutama pada Kongres PDIP yang akan datang. Ia menilai regenerasi ini penting untuk menghindari friksi internal dan memastikan kelancaran proses kepemimpinan di masa depan.
"Setidaknya Ketua Umum PDIP bisa diambil dari trah Soekarno dan Sekjennya non trah Soekarno. Komposisi ini juga dapat dilakukan pada level Ketua DPP," pungkasnya. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok