Repelita Jakarta - Pengamat Politik Citra Institute, Yusak Farchan, menyatakan bahwa Prabowo Subianto sulit menjadi penengah dalam keretakan hubungan antara PDI Perjuangan dan Joko Widodo (Jokowi). Meskipun Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah bertemu dengan Prabowo, Yusak menilai pertemuan tersebut tidak akan mengurangi ketegangan antara PDIP dan Jokowi.
Menurut Yusak, rekonsiliasi antara PDIP dan Jokowi sulit terjadi karena PDIP merasa kesal dengan mantan kadernya itu. "Jadi berharap Mega membuka pintu bagi Jokowi untuk bertemu atau rekonsiliasi, rasanya sesuatu yang sulit meskipun dalam politik semua kemungkinan bisa terjadi," kata Yusak.
Selain itu, karakter Megawati yang cenderung memendam perasaan dalam jangka panjang menjadi faktor yang memperburuk hubungan tersebut. "Kalau melihat karakter Bu Mega, psikologinya kan merupakan tokoh yang bisa lama memendam perasaan. Apakah perasaan 'tersakiti' itu bisa membuka pintu maaf bagi Jokowi? Saya kira tidak semudah itu," ujarnya.
Yusak juga menjelaskan bahwa hubungan PDIP dan Jokowi semakin sulit untuk dipulihkan karena keduanya memiliki kepentingan elektoral yang berbeda. "Saya kira gejolak itu akan terus berlanjut karena Jokowi dan PDIP sama-sama punya kepentingan elektoral ke depan," ujar Yusak.
Kepentingan elektoral Jokowi adalah untuk menjadikan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon presiden pada pemilihan mendatang. Di sisi lain, PDIP berusaha membendung Gibran sebagai calon presiden. "Kepentingan Jokowi adalah mengamankan Gibran menjadi Capres. Sementara kecenderungan PDIP sebaliknya, bagaimana membendung Gibran ke depan," kata Yusak.
Yusak menambahkan, meskipun hubungan antara Jokowi dan PDIP sempat diprediksi akan membaik, rasa kesal yang mendalam dari PDIP terhadap Jokowi membuat hal itu semakin sulit terwujud. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok