Repelita Jakarta - Bukalapak, salah satu e-commerce lokal buatan anak bangsa, tengah menghadapi kabar kurang mengenakkan. Perusahaan ini kini resmi menutup bisnis e-commerce dan mem-PHK sejumlah karyawannya. Setelah penutupan bisnis tersebut, Bukalapak beralih fokus untuk menjual produk digital saja, seperti pulsa dan kuota.
Pegiat media sosial, Jhon Sitorus, mencermati bahwa kondisi yang dialami Bukalapak saat ini ada kaitannya dengan situasi politik yang terjadi pada 2019. Menurutnya, kondisi Bukalapak bisa menjadi bukti dari kekejaman politik yang terjadi pada saat itu.
"Bukalapak, bukti kekejaman politik? Masih ingatkah tweet CEO Bukalapak Achmad Zacky saat Pilpres 2019 lalu yang sempat membuat geger Istana dan kodok-kodoknya?" tulis Jhon Sitorus di akun X @JhonSitorus_18.
Pada Pilpres 2019, persaingan sengit antara Jokowi dan Prabowo untuk memimpin Indonesia sempat memanas. CEO Bukalapak kala itu, Achmad Zacky, membuat blunder dengan sebuah tweet yang bernada kritikan terhadap Jokowi. Tweet tersebut menyebutkan: "Mudah-mudahan presiden baru bisa naikin," yang mengkritik soal anggaran riset yang tertinggal dari negara lain.
Akibat tweet tersebut, muncul tagar #UninstallJokowi yang memicu perlawanan dari buzzer dengan tagar #Uninstallbukalapak. Sejak saat itu, Bukalapak terus mengalami kemerosotan.
"Hari-hari terus merugi. Gali lobang tutup lobang, tak ada yang bisa dipertahankan lagi selain jualan produk virtual," ujar Jhon Sitorus.
Meski Jokowi kini sudah tidak lagi menjabat, Bukalapak diperkirakan masih tidak bisa berharap banyak pada Prabowo. "Tak mungkin Bukalapak bisa berharap kepada Prabowo selama Jokowi masih mendikte jalannya pekerjaan Prabowo saat ini," tutur Jhon Sitorus. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok