Jakarta, 16 Desember 2024 - Inayah Wahid memberikan kritik tajam terhadap Gus Miftah setelah video yang menunjukkan penceramah tersebut mempermalukan seorang pedagang es teh viral di media sosial. Inayah mengecam sikap Gus Miftah yang dinilai merendahkan penjual kecil di depan publik.
Melalui akun media sosialnya, Inayah Wahid mengecam Gus Miftah yang mencoba membela diri dengan membeli jajanan di tempat lain. Menurutnya, cara seperti itu tidak dapat membalas tindakan yang merendahkan martabat orang lain di publik.
"Gak ada gunanya kamu sok memborong es tehnya kalau kamu merendahkan beliau di depan publik. Yang benar itu menjaga harkat sesama manusia, bukan memborong dagangan," tegas Inayah.
Inayah juga mempertanyakan status Gus Miftah sebagai tokoh agama yang dikenal publik, namun tidak memiliki dasar keilmuan yang benar dalam agama. Baginya, menjadi pemuka agama bukan soal penampilan, tetapi soal keilmuan yang dimiliki.
"Susah kalau pemuka agama jalur ngaku-ngaku, bukan jalur ngilmu. Dagang es teh lebih mulia daripada dagang agama," ujarnya.
Kritik ini muncul setelah video viral menunjukkan Gus Miftah yang menolak untuk membeli dagangan seorang penjual es teh saat diminta oleh jamaah pengajian. Alih-alih membantu, ia justru menyuruh penjual tersebut untuk menjual dagangannya kepada orang lain.
Pasca viralnya kejadian tersebut, Gus Miftah meminta maaf kepada pedagang es teh yang bersangkutan. Dalam permintaan maafnya, ia menjelaskan bahwa candaan yang disampaikannya tidak dimaksudkan untuk merendahkan.
"Saya memang sering bercanda dengan siapapun. Ketika saya bercanda dengan penjual es teh, itu hanya candaan semata, dan saya meminta maaf langsung kepada beliau," ujar Gus Miftah.
Kritik Inayah Wahid menunjukkan pentingnya menjaga keadilan sosial dan menghargai usaha kecil dalam masyarakat. Isu ini juga menjadi perhatian banyak netizen yang memberikan komentar positif tentang kesediaan Inayah mempertahankan martabat orang-orang kecil.
Isu ini mengundang diskusi luas mengenai bagaimana tokoh agama seharusnya bertindak, serta bagaimana penceramah publik dapat menjaga tanggung jawab sosial mereka di tengah masyarakat.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok