
Repelita Jakarta - Pengaruh mantan Presiden Joko Widodo terhadap jalannya pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dinilai berpotensi mengganggu stabilitas demokrasi Indonesia jika terus menguat tanpa kendali.
Penilaian tersebut muncul dari hasil analisis data berbasis kecerdasan buatan yang dilakukan oleh Democracy and Election Empowerment Partnership Indonesia, bekerja sama dengan lembaga konsultan Binokular Media Monitoring.
Direktur Eksekutif DEEP Indonesia, Neni Nur Hayati, menjelaskan bahwa analisis kolaboratif tersebut mengkaji sentimen publik terhadap pemberitaan di media daring, cetak, elektronik, serta percakapan di berbagai platform media sosial seperti X, Facebook, Instagram, Youtube, dan Tiktok.
Terdapat 10 tokoh yang selalu menjadi pemberitaan di media mainstream.
Neni menyebutkan bahwa dari daftar tersebut, Presiden Prabowo Subianto menempati posisi pertama, diikuti oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka di posisi kedua, dan Joko Widodo di urutan ketiga.
Tokoh lain yang masuk dalam daftar tersebut antara lain Kapolri Listyo Sigit Prabowo, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Mensesneg Prasetyo Hadi, mantan Menko Polkam Budi Gunawan, Seskab Teddy Indra Wijaya, dan Menpora Erick Tohir.
Namun, dari sisi intensitas perbincangan publik, posisi Jokowi yang berada di urutan ketiga menunjukkan bahwa pengaruhnya terhadap pemerintahan baru masih sangat kuat.
Tingginya perbincangan publik terkait dengan Joko Widodo yang menempati posisi ketiga dalam isu politik demokrasi, memperlihatkan masih kuatnya pengaruh dan pandangan Joko Widodo terhadap pemerintahan baru menjadi ancaman serius bagi demokrasi.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

