Repelita Jakarta - Praktik eksploitasi air tanah melalui sumur bor yang dilakukan oleh perusahaan air minum Aqua kembali menjadi sorotan publik.
Isu tersebut bukan hal baru, melainkan telah lama menjadi perhatian berbagai organisasi dan pemerhati lingkungan.
Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Muhammad Mufti Mubarok, menyampaikan bahwa persoalan ini sudah berlangsung cukup lama dan telah disuarakan oleh berbagai pihak.
Kasus Aqua bukan kali ini saja, persoalan ini sudah panjang. Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) bahkan sudah menyampaikan isu lingkungan dan pengeboran.
Sebagai lembaga yang bertugas melindungi hak-hak konsumen, BPKN telah mengeluarkan sejumlah rekomendasi terkait air minum dalam kemasan, termasuk produk Aqua.
Rekomendasi tersebut mencakup kajian terhadap kandungan bromat dalam galon serta mikroplastik yang ditemukan dalam produk air minum.
Sektor AMDK juga banyak melakukan pengeboran, tidak melalui sumber (pegunungan sebagaimana iklan yang dipublikasi), ini menjadi catatan kami.
Terkait sumber air Aqua yang berasal dari sumur bor, BPKN telah menjadwalkan pemanggilan terhadap manajemen PT Tirta Investama sebagai perusahaan yang memproduksi Aqua.
Pemanggilan tersebut akan dilakukan pada hari Selasa, 28 Oktober 2025, untuk meminta klarifikasi langsung dari Direktur Utama perusahaan.
Kami hari Selasa akan memanggil Dirut Aqua untuk meminta klarifikasi.
Dalam pernyataan resminya, Aqua menyebut bahwa sumber air yang digunakan berasal dari akuifer tertekan di kedalaman antara 60 hingga 140 meter.
Akuifer tertekan merupakan lapisan air yang dilindungi oleh bebatuan alami yang tidak dapat ditembus oleh air dari permukaan. (*)
Editor: 91224 R-ID Elok
