Repelita Jakarta - Peneliti media dan politik Buni Yani menyampaikan bahwa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi harus memeriksa mantan Presiden Joko Widodo dan mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan terkait dugaan korupsi dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.
Menurut Buni Yani, dugaan korupsi dalam proyek tersebut tergolong besar dan terlihat dari perbedaan mencolok antara biaya pembangunan per kilometer di Indonesia dengan biaya di China.
Biaya per kilometer Whoosh di Indonesia mencapai 52 juta dolar AS, melonjak tiga kali lipat dari perkiraan di China yang hanya 17-18 juta dolar AS. Perbedaan ini memicu kuatnya kecurigaan adanya penyelewengan dana.
Ia menegaskan bahwa untuk menjawab kecurigaan publik, diperlukan investigasi menyeluruh dan transparan agar diketahui apakah pembengkakan biaya disebabkan oleh inefisiensi, salah kelola, atau memang terdapat unsur korupsi.
Semua pihak menanti langkah konkret KPK demi menjaga kepercayaan masyarakat.
Buni Yani menambahkan bahwa proyek Whoosh sepanjang 142 kilometer telah menimbulkan banyak masalah sejak awal dan terindikasi kuat dikotori oleh praktik korupsi.
Ia mengingatkan bahwa Luhut Binsar Pandjaitan, yang berperan besar dalam proyek tersebut, pernah menyatakan bahwa proyek KCJB sudah dalam keadaan busuk saat diterima oleh timnya.
Seharusnya KPK bisa memanggil Luhut atas pernyataannya itu. Kalau sudah busuk, mengapa proyek terus dilanjutkan? (*)
Editor: 91224 R-ID Elok

