
Repelita Jakarta - Pernyataan Presiden Prabowo Subianto mengenai penurunan angka pengangguran dan kemiskinan memicu respons dari Anies Baswedan yang mempertanyakan kesesuaian data dengan kondisi nyata di lapangan.
Dalam pidatonya, Presiden menyampaikan bahwa tingkat pengangguran terbuka berada pada level terendah sejak krisis 1998, sementara angka kemiskinan disebut mencapai titik terendah sepanjang sejarah.
Namun, Anies menilai bahwa kenyataan yang dirasakan masyarakat sehari-hari tidak mencerminkan optimisme dari data tersebut.
“Tapi kenapa obrolan sehari-hari yang kedengarannya malah sebaliknya susah cari kerja, lowongan seret, PHK di mana-mana? Nah, kok bisa?” ujarnya melalui akun media sosialnya pada 25 Oktober 2025.
Ia menyoroti bahwa meskipun persentase pengangguran terlihat menurun, jumlah penganggur secara absolut justru bertambah akibat pertumbuhan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan penciptaan lapangan kerja baru.
“Kalau data ditampilkan hanya setengah-setengah, publik juga bingung mau dukung ke mana. Atau jangan-jangan Presiden juga tidak diberi data yang lengkap,” lugasnya.
Anies juga menilai bahwa kualitas pekerjaan mengalami penurunan karena semakin banyak pekerja yang hanya memperoleh pekerjaan paruh waktu dengan pendapatan yang tidak mencukupi kebutuhan hidup.
Kondisi tersebut menyebabkan sebagian masyarakat yang belum mendapatkan penghidupan layak tidak tercatat sebagai penganggur dalam statistik resmi.
Ia menekankan bahwa mayoritas tenaga kerja masih berada di sektor informal yang tidak memiliki perlindungan sosial maupun kepastian hukum yang memadai.
Kelompok anak muda disebut tetap menjadi yang paling rentan dalam menghadapi kesulitan memperoleh pekerjaan, meskipun memiliki motivasi dan kemampuan kerja yang tinggi.
Di sisi lain, Anies menyoroti ketimpangan antara kenaikan upah dan laju inflasi.
Meskipun inflasi tercatat rendah, kenaikan upah dinilai tidak cukup untuk mengimbangi kenaikan harga kebutuhan pokok.
Hal ini menyebabkan daya beli masyarakat tetap tertekan dan berdampak pada rendahnya perputaran ekonomi di pasar serta meningkatnya beban biaya hidup.
Menurut Anies, data ketenagakerjaan seharusnya disajikan secara lebih menyeluruh agar kebijakan pemerintah dapat dirancang secara tepat sasaran.
Ia menilai bahwa pemahaman publik terhadap kondisi ekonomi akan lebih objektif apabila angka statistik dipadukan dengan realitas sosial yang dihadapi masyarakat secara langsung.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok

