Repelita Jakarta - Perbedaan pandangan muncul terkait pemicu aksi demonstrasi yang awalnya berlangsung di Gedung DPR RI, lalu meluas hingga menjadi anarkis di berbagai daerah.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Jenderal (Purn) AM Hendropriyono, menilai ada keterlibatan aktor asing yang menggerakkan “kaki tangan” di dalam negeri untuk memicu demonstrasi besar-besaran.
Hendropriyono menyebut, dalang dari luar negeri memanfaatkan momentum gelombang demo, namun ia tidak mengungkap identitas pihak asing tersebut, hanya memberikan indikasi bahwa aksi ini dipengaruhi figur non-state actor.
Sementara itu, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla, menekankan bahwa pernyataan dan kelakuan anggota DPR yang menghina rakyat menjadi pemicu utama gelombang demo sejak Senin, 25 Agustus 2025, hingga Jumat, 29 Agustus 2025.
JK meminta para pejabat dan anggota DPR menahan diri dalam menanggapi kritik masyarakat, agar situasi tidak semakin memanas dan ekonomi tetap berjalan.
Sejumlah pernyataan kontroversial dari anggota DPR semakin memicu kemarahan publik, termasuk respons joget-joget oleh Eko Patrio dan Uya Kuya terhadap kritik tunjangan anggota dewan.
Anggota DPR lainnya, Nafa Urbach, menyebut tunjangan perumahan sebesar Rp50 ribu per bulan wajar untuk kontrak rumah, yang memicu sorotan publik dan permintaan maaf darinya.
Wakil Ketua Komisi III DPR, Ahmad Sahroni, menambah ketegangan dengan menyebut pendemo yang menyerukan “bubarkan DPR” sebagai “tolol” dan menyinggung anak di bawah umur sebagai “brengsek”.
Kemarahan publik semakin membesar setelah insiden mobil taktis Brimob melindas pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, pada Kamis malam, memicu aksi unjuk rasa di berbagai daerah yang menuntut keadilan dan menolak kekerasan aparat.(*)
Editor: 91224 R-ID Elok
.jpg)
